Your cart is currently empty!
Linsey Pollak: Carrot Clarinet, Ridwan Kamil: Creativity and Design For Sosial Changes In Cities, dan Perempuan Dibalik Creative Space di Bandung
Linsey Pollak: Carrot Clarinet
Video ini menceritakan tentang cara pembuatan clarinet dari sebuah wortel. Linsey mengatakan bahwa ia sangat menyukai kreatifivitas karena eengan menggabungkan 2 hal yang berbeda dan menghasilkan sesuatu yang baru, misalnya saja seperti wortel dan saxophone yang ditampilkan Linsey disebuah acara. Linsey juga membagikan cara beserta tips untuk membuat klarinet wortel.
Pertama, Potong ujung wortel menggunakan pisau. Kedua ukur wortel dengan penggaris atau sejenisnya dan tandai enam jari di wortel dengan ukuran 12 milimeterketiga lubangi wortel pada bagian yang sudah ditandai tadi, jika semua sudah selesai dilakukan lalu gunakan corong clarinet pada ujung depan wortel, dan klarinet pada ujung bawah wortel. Selanjutnya,
kita dapat memainkan wortel tersebut sebagai alat music klarinet.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=6KLfE6lnp5s&w=560&h=315]
Ridwan Kamil: Creativity and Design For Sosial Changes In City
Sehingga ia lebih fokus kepada creativity and Human. Ridwan Kamil merupakan seorang Arsitek dan juga seorang Dosen di Universitas Institut Teknologi Bandung (ITB). ia juga bergabung pada komunitas Bandung Creativity City Forum, beliau juga Arsitek yang merancang bangunan gedung tsunami Banda Aceh.
Ridwan Kamil mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang itu memiliki kreativitas, dan Indonesia pada masa depan hanya dapat diselamatkan oleh manusianya.
Ridwan kamil juga mengatakan bahwa masa depan perabadan manusia itu berada di sebuah kota. Jika salah mengelola kota maka hancur peradaban. Kota yang stres akan melahirkan generasi yang stres. Ridwan mengkreasikan ide-idenya dari hal-hal yang menurut kita tidak lazim. Seperti misalnya beliau menggunakan 30 ribu botol bekas kratindeng yang dijadikan sebagai bahan untuk membangun rumahnya.
Kreativitas harus merubah permasalahan masyarakat. Untuk apa gunanya teknologi tinggi tapi ada kekumuhan, dan tidak ada kreativitas yang akan menyelamatkan kotanya sendiri. Ekonomi kreatif juga kurang di hargai di Indonesia, berbeda dengan negara-negara asing yang sangat menghargai ekonomi kreatif dan kreativitas anak bangsanya. Ada 4 tipe pemuda Indonesia menurut pak Ridwan Kamil :
- Pintar tidak peduli (tidak bangga dengan Indonesia)
- Pemuda yang peduli tidak pintar
- Tidak pintar tidak penduli
- Pintar dan peduli
Kalau kita dapat melahirkan pemuda yang peduli maka indonesia dapat menjadi negara yang aman, dan nyaman untuk ditinggali. Salah satu kata motivasi atau inspirasi dari Ridwan Kamil adalah kalau kamu ingin merubah sesuatu maka jadilah perubahan dari hal itu sendiri.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=f8RDv8AF7dw&w=320&h=266]
Perempuan Dibalik Creative Space di Bandung
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=cnBfAcUJPQc&w=320&h=266]
Tamara samarita adalah seorang pebisnis muda. Bisnis yang di geluti adalah bisnis dibidang kuliner yaitu hauce dan kerang ajaib, di bidang transportasi ada Taxi Bike, dan di Creative space ada Taman Tengah sertaa Rumah Kedua. Tamara juga merupakan seorang Dosen di Universitas Padjajaran di Fakultas Telekomunikasi.
Tamara lebih fokus pada bisnisnya Taman Tengah dan Rumah Kedua hingga mampu menghasilkan bisnis-bisnis baru yang dapat bertemu dengan orang-orang baru dan dapat menemukan ide-ide baru serta fashion yang keren abiss. Di zaman milenial butuh creative space karena memang banyak mereka (orang) yang memiliki ide, fashion, dan kreatifitas tetapi tidak memiliki tempat untuk menyalurkannya sehingga di Taman Tengah dan Rumah Kedua dapat menjadi tempat penyaluran ide, fashion, maupun kreatifitasnya.
Leave a Reply